Kamis, 19 Desember 2019

Serat Suluk Gatolotjo 10



Serat Gatholoco

Serat Suluk Gatolotjo 10


Kepercayaan lingga yoni yang disimbolkan sebagai punden berundak itu tak lapuk di telan waktu. Dari masa ke masa keyakinan itu tetap terjaga. Bahkan Candi Borobudur yang dibangun abad delapan wangsa Syailendra pun sudah ‘menunjukkan’ kekuatan kepercayaan itu.

Bentuk candi ini ‘menyimpang’ jauh dari masternya, sebuah kuil di Sri Lanka. Candi Borobudur bentuknya tetap punden berundak. Padahal saat itu lagi jaya-jayanya agama Buddha yang dibawa etnis Sri Lanka itu.

Dan di era globalisasi sekarang ini, ternyata kepercayaan itu masih bersemi. Di Kemukus, Sragen, Jawa Tengah, ngalab berkah melalui ritus lingga-yoni itu tetap berjalan. Pasangan tidak saling kenal dan tidak terikat perkawinan rela ‘menyatukan’ lingga dan yoninya demi berharap keinginan terkabulkan.







Kepercayaan memang tidak masuk akal. Tapi siapa mampu merasionalisasi keyakinan jika itu yang diyakini, termasuk ‘ritus free-sex’ Kemukus?

LEGENDA GUNUNG KEMUKUS

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Dewasa ini  masalah ekonomi menjadi sorotan oleh hampir di semua golongan masyarakat. Masalah ekonomi dan keuangan mempunyai dampak yang sangat besar bagi perkembangan masyarakat. Banyak orang mengeluh karena uang, banyak orang bermusuhan karena uang, banyak orang saling memfitnah karena uang.
Kemiskinan, kelaparan, korupsi yang sekarang ini marak terjadi terutama di Indonesia menjadikan orang-orang gila akan harta, sehingga kaya telah menjadi mind set baru masyarakat Indonesia. Memang tidak bisa dipungkiri kalau menjadi kaya, hidup  menjadi lebih mudah apalagi di era globalisasi seperti ini, yang semuanya diukur dengan menggunakan materi.
Mind set bahwa kaya penuh dengan kemudahan itulah yang menjadikan manusia berlomba-lomba mencari kekayaan. Ada yang mengusahakannya dengan berdagang, bercocok tanam di sawah, berwirausaha. Pekerjaan seperti ini tidak menjanjikan. Terlalu lama menunggu, terlalu banyak pula modal yang harus dikeluarkan, banyak saingan, apalagi pekerjaan seperti ini juga dipengaruhi faktor keberuntungan. Jalan pintas seperti metode klenik pun lalu dipakai agar mereka cepat berhasil. Mereka yang bergerak di bidang usaha relatif dekat dan akrab dengan cara-cara seperti itu agar impian menjadi kaya cepat terwujud.
Cara tradisional klenik tidak hanya dipakai oleh orang-orang yang bergerak di bidang usaha saja. Kaum intelek dan berpendidikan pun menggunakan cara yang sama untuk memperoleh pekerjaan, mendapatkan jabatan tinggi, disayang atasan, mempertahankan posisi atau kedudukan di pemerintahan, dan sebagainya.
Ketidaksabaran, kerakusan dan ketergesa-gesaan merupakan kharakter manusia sejak dahulu kala. Sebagian orang yang benar-benar tidak mampu menahan kemiskinan yang menimpa dirinya cenderung melakukan hal-hal sesat seperti mencari pesugihan. Mereka cenderung mencari pesugihan karena mereka sudah tidak mau memakai akal, mereka tidak mau berfikir panjang dan tidak mau memeras otak lagi untuk memperoleh kekayaan secara tiba-tiba. Pesugihan ini pun bisa ditempuh dengan berbagai cara, yaitu dengan menggunakan tuyul, babi ngepet atau melakukan ritual tertentu di tempat yang dikeramatkan seperti di Gunung Kemukus, Makam Pangeran Samodra.
Pemilihan Makam Pangeran Samodra di Gunung Kemukus, Sragen, Jawa Tengah sebagai lokasi penelitian folklore tentunya sangat beralasan. Makam Pangeran Samodra telah menjadi legenda yang sangat terkenal. Tempat ini digunakan untuk ritual mencari pesugihan atau ngalap berkah, selain itu tempat ini juga telah menjadi objek wisata yang sangat terkenal.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka, dapat diuraikan beberapa rumusan masalah sebagai berikut.
1.      Bagaimana deskripsi folklor legenda Gunung Kemukus itu?
2.      Bagaimana sejarah perkembangan folklor legenda Gunung Kemukus?
3.      Apa fungsi folklor Gunung Kemukus bagi masyarakat?

C.    Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dari penelitian tersebut adalah sebagai berikut.
1.      Mendeskripsikan folklor legenda Gunung Kemukus.
2.      Menceritakan sejarah perkembangan folklor legenda Gunung Kemukus.
3.      Mengungkapkan fungsi folklor legenda Gunung Kemukus bagi masyarakat.

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Deskripsi Legenda Gunung Kemukus
Seorang bangsawan, Pangeran Samodra namanya, elok parasnya, indah budi bahasanya, lembut tutur katanya, lengkap tata kramanya, serta baik dan jujur hatinya, dimakamkan di Gunung Kemukus. Ia adalah salah seorang putra Pangeran Kadilangu, nama lain Kanjeng Sunan Kalijaga. Sebenarnya, kisah yang hidup di wilayah Gunung Kemukus ini agak membingungkan sebab sumber sejarah mengatakan putra Sunan Kalijaga bernama Sunan Muria. Akan tetapi, legenda bukanlah sejarah. Yang penting, cerita seperti ini hidup di wilayah itu dalam rangka ingin menerangkan asal-muasal makam yang senantiasa dianggap keramat.
Ketika Kerajaan Majapahit mendekati saat akhir karena berbagai pemberontakan dari dalam negeri terutama serangan Girindrawardana, banyak bangsawan dan punggawa yang melarikan diri. Konon, di antara mereka ada yang melarikan diri ke wilayah Gunung Tengger dan ada pula yang menyeberang ke Pulau Bali. Pangeran Samodra juga mengalami kebimbangan antara kehendak menyelamatkan diri, atau tinggal di Kerajaan Majapahit karena cintanya kepada wilayah itu, atau mengikuti Raden Patah ke Demak. Beberapa malam, ia berpikir dan mempertimbangkan keputusan yang paling baik. Akhirnya, setelah melewati permenungan dan pembicaraan lama dengan Raden Patah yang mengemukakan bahwa Pangeran Samodra bukan saja andal dalam sifat, kecerdasan, dan keterampilan, tetapi juga dapat memberikan bantuan dan dukungan kepadanya di Demak. Pangeran Samodra memutuskan untuk bergabung dengan Raden Patah. Kepergian Pangeran Samodra diikuti ibu tirinya yang terkenal cantik dan awet muda bernama Dewi Ontrowulan.
Ketika tiba di Demak, Raden Patah dan rombongan segera menyiapkan tata pemerintahan dan menghimpun kekuatan untuk menyerang Girindrawardana yang tengah menguasai Majapahit. Sebagai raja muda, Raden Patah menyadari bahwa pemerintahan yang baik adalah yang dapat membuat rakyat makmur dan kepentingan mereka dilindungi. Untuk itu, diperlukan cara memerintah yang adil dan bijaksana. Tidak kalah pentingnya adalah keamanan bagi rakyat. Salah satu upaya menjaga keamanan adalah mengusahakan agar di Kerajaan Demak tidak terjadi rongrongan dari para pengacau. Langkah awal yang dirasa perlu dilakukan adalah mengumpulkan kembali para bangsawan Majapahit, terutama saudara-saudara Pangeran Samodra yang melarikan diri. Jika para bangsawan, punggawa, saudara-saudara Raden Patah dan Pangeran Samodra bersatu di bawah naungan Kerajaan Demak, bukan saja kerajaan itu menjadi kokoh dan kuat karena dukungan petinggi-petinggi berwibawa, melainkan juga kekhawatiran akan munculnya permusuhan dari kalangan sendiri dapat dihindari. Selain itu, dalam rangka persiapan menggempur Girindrawardana, dukungan dari para petinggi itu sangat penting.
Konon, pada suatu malam Pangeran Samodra di­panggil Raden Patah untuk menghadap. Raden Patah men­jelaskan gagasannya kepada Pangeran Samodra. Tanpa banyak komentar, Pangeran Samodra segera menyanggupi tugas berat itu. Ketika Pangeran Samodra mulai mencari para petinggi yang tercerai-berai, kesulitan mulai dialaminya meskipun ia diiringi sejumlah punggawa. Para petinggi itu bukan saja tidak diketahui tempat tinggalnya, melainkan juga ada kesengajaan bersembunyi karena takut. Ada pula penduduk yang berniat melindungi persembunyian mereka sehingga pencarian semakin sulit. Untunglah, Pangeran Samodra seorang pemuda yang gigih dan tidak mudah patah arang. Ketekunan, keuletan, serta ketakwaannya kepada Tuhan membuahkan hasil yang tidak kecil. Beberapa bangsawan dapat ditemui dan dibujuk untuk mendukung Raden Patah.
Mula-mula, di lereng Gunung Lawu, Pangeran Samodra bertemu dengan Raden Gugur. Kemudian, ia bertemu dengan Raden Bethara Katong, yang dikenal sebagai Adipati Ponorogo. Beberapa bangsawan, petinggi, serta punggawa yang lain juga dapat ditemui dan dibujuk dan yang terakhir ditemui adalah Adipati Madiun.
Setelah cukup lama tidak berjumpa dengan Pangeran Samodra, perasaan rindu Ontrowulan kepada putra tiri tunggalnya itu mulai menderu. Pada siang hari wajah Pangeran Samodra membayang, pada malam hari sang Pangeran seakan datang lewat lubang-lubang mimpinya.
Sementara itu, dalam tugas yang berat, Pangeran Samodra mulai sering sakit karena lelah yang ber­kepanjangan. Beberapa punggawa yang menyertainya memberikan saran supaya Pangeran Samudro pulang ke Demak karena tugas sudah cukup berhasil. Pangeran Samodra pun menerima usul itu.
Ketika rombongan tiba di dukuh Barong, Pangeran Samodra jatuh sakit. la meminta kepada dua orang prajurit setia yang menyertainya agar melanjutkan perjalanan mereka ke Demak dan melaporkan semuanya kepada Raden Patah. Tidak lupa, salam hormat kepada Ibunda Ontrowulan.
Begitu dua prajurit berangkat, sakit sang Pangeran semakin parah. Dalam bayang-bayang, ajal sering mulai tampak berkelebat. Oleh karena itu, Pangeran Samodra berpesan, jika kelak Tuhan memanggilnya, ia minta agar dimakamkan di Bukit Kemukus yang terletak di sebelah barat tidak jauh dari dukuh Barong.
Alkisah, dua orang prajurit itu pun tiba di Kerajaan Demak. Ketika Ontrowulan mendengar bahwa putra tiri tunggalnya sakit, sedihlah hatinya. Kemudian, ia minta izin Raden Patah untuk berangkat ke dukuh Barong menemui putra terkasih.
Alangkah remuk redam hatinya tatkala ia tiba di tempat itu Pangeran Samodra telah meninggal, bahkan sedang dalam perjalanan untuk dimakamkan di Bukit Kemukus. Dengan pilu dan tersedu-sedu, Ontrowulan menyusul jenazah putranya ke Bukit Kemukus. Di kaki Bukit Kemukus, Ontrowulan melihat iringan itu mendaki. Tekadnya kuat untuk menyusul. Akan tetapi, sebelum naik ke bukit, ia merasa perlu membersihkan diri dengan mandi di telaga yang telah digunakan untuk memandikan jenazah sang putra. Merasa sudah cukup bersih, sang ibu tiri berangkat menyusul dan tiba tepat ketika jenazah Pangeran Samodra diturunkan ke liang lahat.
Berdesakan dengan pelayat yang lain, Ontrowulan melihat sang putra tercinta tergolek di dalam liang kubur. Tiba-tiba matanya berkunang-kunang dan secara mendadak degup jantungnya berhenti. la pun terjatuh ke dalam liang lahat itu.
Demikianlah, Pangeran Samodra dan ibu tirinya, Ontrowulan, dikebumikan di liang lahat yang sama. Oleh karena itu, penduduk sekitar sering membayangkan, dari makam itu memancar kesetiaan kuat akan tugas dan kecintaan mengharukan kepada putra.
Pada awalnya keadaan di lokasi Makam Pangeran Samudro sangatlah sepi dan jarang dijamah orang karena letaknya di tengah hutan belantara, serta banyak dihuni oleh binatang-binatang buas. Namun, sedikit demi sedikit keadaan berubah setelah daerah tersebut dihuni oleh para penduduk. Selanjutnya diterangkan bahwa di atas bukit tempat Pangeran Samudro dimakamkan, apabila menjelang musim hujan ataupun kemarau tampaklah kabut-kabut hitam seperti asap (kukus). Karena hal itulah, penduduk setempat menyebut bukit itu “Gunung Kemukus” sampai dengan saat ini. Demikianlah asal-usul Gunung Kemukus.
Namun, kisah ini controversial. Ada dua versi dan versi yang terkenal di masyarakat adalah versi yang kedua. Kisah yang kedua ini berawal dari kisah cinta terlarang antara Pangeran Samudro dengan ibu tirinya. Kisah cinta ini berjalan secara sembunyi-sembunyi.
Berawal dari Pangeran Samudro yang jatuh hati pada ibu tirinya, Dewi Ontrowulan yang cantik jelita nan seksi. Dewi Ontrowulan yang masih muda pun menerima cinta Pangeran Samudro. Mereka pun akhirnya menjalin kisah cinta. Kisah ini dilalui secara diam-diam dan setiap ada kesempatan, mereka selalu melampiaskan kegairahannya.
Suatu ketika, saat Pangeran Samudro dan Dewi Ontrowulan melakukan hubungan badan, Raja melihatnya. Raja sangat murka dan marah menjumpai pengkhianatan istri muda dan anak kandungnya itu. Raja pun mengusir Pangeran Samudro dan diasingkan ke Gunung Kemukus.
Setelah sekian lama terpisah dari Pangeran Samudro, Dewi Ontrowulan tidak bias menahan rasa rindunya. Akhirnya ia melarikan diri dari istana menuju ke Gunung Kemukus tempat di mana Pangeran Samudro diasingkan.
Malang nasib Dewi Ontrowulan karena setelah bersusah-payah melarikan diri dari istana menuju ke Gunung Kemukus ia malah menjumpai kenyataan pahit bahwa Pangeran Samudro telah meninggal dunia. Hatinya hancur berkeping-keping meratapi kenyataan pahit itu.
Setelah puas dengan ratapannya, Dewi Ontrowulan pun berkata,”Andaikan tanah makam ini bias terbuka, aku ingin dia menelan tubuhku agar aku bias bersama kekasihku.”
Ratapan Dewi Ontrowulan ini pun mendapat jawaban, terdengarlah suara ghaib dari bawah tanah yag menyuruh Dewi Ontrowulan untuk mensucikan dirinya terlebih dahulu sebelum ia disatukan dengan kekasih hatinya itu. Ia pun mensucikan dirinya di sebuah sendang atau mata air. Kemudian ia kembali ke gundukan makam Pangeran Samudro, dan terdengar lagi suara gaib itu. Dewi Ontrowulan ditelan oleh bumi, seiring berjalannya waktu saat Dewi Ontrowulan di telan bumi terdengarlah suara gaib,”Barangsiapa yang meneruskan kisah cintaku, maka apapun keinginanmu akan terwujud.”

B.     Sejarah Perkembangan Legenda Gunung Kemukus
Makam Pangeran Samudro di Gunung Kemukus, Sragen, Jawa Tengah, dianggap bertuah. Tiap hari makam ini didatangi banyak orang. Selain ziarah, bias digunakan untuk mengukur kekuatan jantung dengan menapaki anak tangga menuju makam.
Gunung Kemukus merupakan kompleks makam Pangeran Samudro dan ibu tirinya, Dewi Ontrowulan. Kompleks ini tepat berada di puncak bukit setinggi 300 meter di atas permukaan laut. Kawasan ini terdiri dari bangunan utama berbentuk rumah joglo dengan campuran dinding beton dan papan.
Ada tiga makam di dalamnya. Sebuah makam besar yang ditutupi kain kelambu putih merupakan makam Pangeran Samudro dan ibunya. Dua makam di sampingnya adalah dua abdi setia sang pangeran. Sementara itu, di sebelah bangunan utama terdapat bangsal besar yang diperuntukkan bagi peziarah sekadar untuk istirahat.
Sekitar 300 meter dari kompleks makam, di kaki bukit sebelah Timur, terdapat Sendang Ontrowulan. Sendang ini merupakan mata air yang digunakan Ontrowulan untuk menyucikan diri agar bisa bertemu putranya. Mata air itu tak pernah kering meski pada musim kemarau panjang sekalipun. Bagi yang percaya, air di sendang itu bisa membuat awet muda.
Kawasan itu pun dilindungi oleh rimbunnya pohon nagasari yang menjulang tinggi. Usia pohon nagasari terbilang tua. Konon, pohon-pohon itu tumbuh dari kembang-kembang hiasan rambut yang terlepas dari kepala Ontrowulan usai dia melakukan penyucian diri.
Kalau datangnya melewati pintu gerbang depan, harus menaiki 175 anak tangga sebelum sampai ke makam. Namun, bila memutar lewat pintu belakang, yaitu melewati Sendang Ontrowulan, harus melewati jalan berbatu yang mendaki sejauh sekitar satu km. Aktivitas jalan kaki itu membuat jantungberdenyut kencang sebelum sampai ke makam.
Sampai di teras makam, ada seorang juru kunci yang duduk di dekat perapian. Bau kemenyan merebak di sana. Setelah menyampaikan niat, sang juru kunci akan mendoakan dengan mantra yang tak jelas terdengar.
Setelah itu, peziarah masuk ke dalam bangunan utama. "Kita bisa menyampaikan semua niat dan keinginan. Asal dengan sungguh-sungguh, niscaya segala keinginan akan terkabul”.
Pada setiap malam Jumat Pon jumlah pengunjung membludak, mencapai ribuan orang. Puncak ziarah terjadi pada malam Jumat Pon atau Jumat Kliwon di bulan Suro atau Muharam. Pada malam itu biasanya peziarah mencapai belasan ribu orang. Kebanyakan pengunjung berasal dari Jawa Barat. Makam Pangeran Samudro diyakini memiliki tuah yang bisa mendatangkan berkah bagi mereka yang memohon dengan sungguh-sungguh. Sebut saja ingin sukses berdagang, mudah jodoh, atau karier cepat menanjak.
Sayangnya, objek ini tercemar oleh mitos-mitos sesat. Misalnya, niat seseorang akan terpenuhi asal dia harus berhubungan seks dengan laki-laki atau perempuan yang bukan suami atau istrinya secara berturut-turut sebanyak tujuh kali. Padahal, tidak ada dasar cukup kuat untuk membenarkan mitos ini.
Karena itu, kini pada hitungan 150 anak tangga menuju makam, Dinas Pariwisata Kabupaten Sragen memasang pengumuman melarang perbuatan asusila. Namun, begitulah seks, selalu mempunyai daya magnetis yang kuat. Apalagi banyak orang yang percaya akan kebenaran mitos. Terlepas dari itu, bila kita ingin menikmati pemandangan Bukit Kemukus dan sedikit berolahraga dengan menaiki anak tangga kemudian berziarah, maka akan mendapatkan kepuasan jasmani dan rohani.

C.    Fungsi Folklor bagi Masyarakat
Folklor Legenda Gunung Kemukus ini mempunyai banyak fungsi. Munculnya mitos-mitos bahwa siapa saja yang meneruskan hubungan kisah cinta Pangeran Samudro dengan ibu tirinya, Dewi Ontrowulan maka segala keinginan akan tercapai. Banyak masyarakat yang memanfaatkan hal ini untuk mencari rezeki atau yang sering disebut “ngalap berkah” dengan cara berziarah ke makam Pangeran Samudro dan Dewi Ontrowulan.
Selain digunakan untuk mencari pesugihan, makam Pangeran Samudro ini telah menjadi tempat wisata yang terkenal, sehingga bisa menambah penghasilan penduduk setempat karena banyak wisatawan dalam negeri maupun wisatawan asing yang datang berkunjung ke tempat itu.
Makam Pangeran Samudro juga sering didatangi oleh para mahasiswa untuk melakukan penelitian folklor maupun penelitian sejarah yang berkaitan tentang Pangeran Samudro.


BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa folklor Legenda Gunung Kemukus merupakan kisah cinta terlarang Pangeran Samudro dan Dewi Ontrowulan. Kisah cinta ini menimbulkan banyak mitos yang dipercaya oleh masyarakat sampai saat ini.
Sejarah perkembangan Legenda Gunung Kemukus sangat menarik untuk dipelajari. Mitos yang berkembang di Gunung Kemukus digunakan sebagai cara singkat untuk memperoleh kekayaan, jabatan, dan lain-lain. Hal ini dianggap menjadi solusi ekonomi yang susah, menjadi solusi singkat kemiskinan yang merebak.
Selain itu, Gunung Kemukus telah menjadi objek wisata budaya yang terkenal, bahkan banyak wisatawan asing dating hanya untuk melihat acara ritual pesugihan itu.



Nama               : Wita 
Pekerjaan         : Pedagang
Umur               : 33 tahun 
Alamat             : Gunung Sari, Pendem, Sumber Lawang, Sragen

http://kala-sastrabicara.blogspot.com/2012/08/legenda-gunung-kemukus.html


Dari mitos pelarian Pangeran Samudera dan Dewi Ontrowulan, mantan kekasih yang dinikahi ayahnya, seorang raja dari Demak, tradisi ‘menghalalkan’ hubungan intim di luar nikah itu terus berlangsung ratusan tahun. Itu karena pasangan ini kabur dan terbunuh bersama saat sedang bersenggama.

Kisah asmara mereka memang mirip-mirip kisah Panji. Pangeran Samudera yang ganteng, terpana asmara dengan Dewi Ontrowulan yang jelita. Mereka berkasih mesra. Namun sang ayah, Raja Demak, mendengar kabar keelokan sang putri itu justru meminang dan mengawininya.

Menjelang upacara perkawinan, Pangeran Samudera menculik kekasihnya itu. Dia membawa kabur Dewi Ontrowulan. Raja marah tak ketulungan. Dia memerintahkan pasukannya mengejar Pangeran Samudera yang notabene puteranya sendiri. Titahnya, kalau tidak bisa menangkap hidup-hidup, sang putera direlakan untuk dibunuh.

Syahdan, pelarian Pangeran Samudera tiba di sebuah bukit indah di daerah Sragen. Perbukitan yang sekarang menyerupai pulau akibat Waduk Kedung Ombo itu, berhentilah pasangan ini.

Bersama pengawal, Pangeran Samudera membuat padepokan. Berkat kewibawaan serta kearifannya dalam menerima rakyat yang eksodus akibat kesewenang-wenangan penguasa dari kerajaan sekitar, maka daerah ini berkembang dengan pesat.

Kemukus, begitu daerah ini diberi nama. Mengandung makna mengasap dan menyebarkan aroma mewangi. Itu sebagai tanda makmurnya hidup rakyat di daerah ini. Selain karena lokasinya yang mengerucut di puncak bukit, yang mirip bentuk kukusan, alat menanak nasi di pedesaan Jawa.

Ketika para ponggawa Demak yang melakukan perburuan mendengar kabar berdirinya wilayah baru yang maju, mereka bergerak untuk menelisik. Saat tahu sang penguasa adalah orang yang diburu, pasukan Demak menyusun rencana untuk menjalankan titah raja.

Ketika halimun masih menyelimuti perbukitan ini, dan penduduknya asyik berlindung di balik sarung, pasukan Demak menyusup ke dalam padepokan. Menaklukkan pengawal Pangeran Samudera, dan tanpa kesulitan masuk ke kamar sang pangeran.

Di peraduan, Pangeran Samudera sedang bercinta dengan Dewi Ontrowulan. Mereka bertelanjang, bertindihan, dan tak sadar bahaya sedang mengancam.

Saat nafsu masih berpacu, pasukan Demak merangsek. Dengan rasa geram mereka menancapkan tombak yang dibawa. Pangeran Samudera tak sempat melawan. Dua tubuh itu tertembus tombak. Lengket menyatu, dan bugil sambil berpelukan. Darah membanjiri Kemukus.

Dewi Ontrowulan tewas seketika. Sedang Pangeran Samudera, sebelum roh meninggalkan jasadnya sempat berujar, ‘anak turunku, sopo wae sing pengin kaleksanan karepe, tiruen lakuku’. Artinya : “Anak keturunanku, siapa saja, yang ingin terkabul keinginannya, tirulah apa yang aku lakukan”.

Ujaran itu kemudian diterjemahkan, jika ingin sukses dalam hidup harus melakukan ‘hubungan intim’ dengan pasangan yang tidak terikat tali perkawinan.

Itu karena Pangeran Samudera meniduri istri ayahnya, ibu tiri, kendati mantan kekasihnya. Tidak jelas, siapa penafsir ungkapan yang berbuah halalnya seks terlarang dan berlanjut sebagai tradisi itu.

Pasangan ‘selingkuhan’ itu dimakamkan di areal ini. Ontrowulan diabadikan sebagai nama sendang. Air sendang ini digunakan sebagai bagian dari syarat ‘ritus’.

 

Rata-rata yang ritual di tempat ini, habis mandi menemui juru kunci, menuturkan maksud kedatangannya sambil menyerahkan bunga.

Setelah itu, pasangan melengkapi ngalab berkahnya dengan ‘bobok mesra’. Itu yang membuat kawasan ini sekarang berubah menjadi lokalisasi pelacuran, karena makin jarang perempuan yang mau menyerahkan yoninya dimasuki lingga laki-laki yang bukan suaminya.


https://sawitplus.co/news/detail/6051/serat-suluk-gatolotjo-10--bukit-kemukus-halalnya-selingkuh




https://www.google.com/maps/place/Gunung+Kemukus/@-7.354695,110.8553419,10.75z/data=!4m5!3m4!1s0x2e7a094056d678c3:0x3c78733bd8e6de17!8m2!3d-7.3437417!4d110.8294106?hl=id


https://www.google.com/maps/dir/Terminal+Tirtonadi+Solo/Gunung+Kemukus,+Soko,+Kebayanan+II,+Pendem,+Kec.+Sumberlawang,+Kabupaten+Sragen,+Jawa+Tengah+57276/@-7.4492001,110.7975407,11z/data=!4m14!4m13!1m5!1m1!1s0x2e7a169760622ea5:0xb5faef2c3a8d844!2m2!1d110.8179348!2d-7.5510405!1m5!1m1!1s0x2e7a094056d678c3:0x3c78733bd8e6de17!2m2!1d110.8294106!2d-7.3437417!3e0?hl=id


  1. Melalui jalan raya Solo - Purwodadi 26,4 km
  2. Melalui Gilingan - Jl. Letjen Sutoyo - Wirun - Jl. Mayor Achmadi - Genengan - jalan raya Sambirejo - jalan raya Gemolong-Plupuh - Gemolong - jalan raya Gemolong - jalan raya Solo-Purwodadi 35,0 km
  3. Melalui Ring Road - jalan raya Solo-Ngawi - Masaran - jalan raya Masaran-Plupuh - jalan raya Sambirejo - jalan raya Gemolong-Plupuh - Gemolong - jalan raya Gemolong - jalan raya Solo-Purwodadi 42,2 km




Tidak ada komentar:

Posting Komentar